Jumat, 04 Juni 2010

Keterampilan Observasi

A. Keterampilan Observasi


Hal yang perlu kita observasi adalah tingkah laku verbal, non verbal dan kesenjangan antara tingkah laku verbal dan non verbal. Kepekaan dalam observasi merupakan hal yang paling mendasar dalam membina komunikasi efektif.


1. Tingkah laku/ komunikasi non verbal

Komunikasi non verbal adalah pesan yang disampaikan dalam komunikasi dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata.


Bentuk komunikasi non verbal adalah :

a. Bahasa tubuh; meliputi lambaian tangan, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, gerakan kepala, sikap/ postur tubuh, dll.

b. Tanda; dalam konunikasi non verbal menggantikan kata-kata. Misal: bendera putih mengartikan ada lelayu.

c. Tindakan atau perbuatan; tindakan tidak menggantikan kata-kata tetapi mengandung makna. Misal : menggebrak meja berarti marah.

d. Objek; objek tidak menggantikan kata-kata tetapi juga mengandung makna. Misal : pakaian mencerminkan gaya hidup seseorang.

e. Warna; menunjukkan warna emosional, cita rasa, keyakinan agama, politik, dll. Misal : warna merah muda adalah warna feminim.


Fungsi komunikasi non verbal :

a. Melengkapi komunikasi verbal

b. Menekankan komunikasi verbal

c. Membesar-besarkan komunikasi non verbal

d. Melawan komunikasi verbal

e. Meniadakan komunikasi non verbal

2. Komunikasi verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa verbal merupakan sarana untuk menyampaikan perasaan, pikiran dan maksud tujuan. Menurut Larry L. Barker, bahasa mempunyai tiga fungsi yaitu penamaan, interaksi dan transmisi informasi (Mulyana, 2007).

Aspek dalam komunikasi verbal yaitu perbendaharaan kata-kata (vocabulary), kecepatan (racing), intonasi suara, humor, waktu yang tepat dan singkat.


3. Kesenjangan tingkah laku verbal dan non verbal

Kesenjangan tingkah laku verbal dan non verbal dapat dilihat dari :

a. Kesesuaian antara tingkah verbal dan non verbal

b. Kesesuaian antara duah buah pertanyaan

c. Kesesuaian antara apa yang diucapkan dan apa yang dikerjakan


B. Pengamatan dan Penafsiran


Pengamatan objektif adalah berbagai tingkah laku yang biasa dilihat dan didengar. Sedangkan penafsiran/ interprestasi adalah kesan yang kita berikan pada apa yang kita lihat dan dengar.

Tahap-tahap interprestasi meliputi : (a) refleksi perasaan, konselor tidak jauh dari apa yang dikatakan klien; (b) klarifikasi, menjelaskan apa yang tersirat dalam perkataan klien; (c) refleksi, penilaian konselor terhadap apa yang diungkapkan klien, (d) konfrontasi, konselor membawa kepada perhatian dan perasaan klien tanpa disadari; (e) interprestasi, konselor memperkenalkan konsep-konsep hubungan yang berakar dari pengalaman.


C. Keterampilan Membina Hubungan Baik


Keterampilan membina hubungan baik merupakan dasar dari proses komunikasi interpersonal bidan dengan klien.


Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam membina hubungan baik adalah :

1. Menunjukkan tanda perhatian verbal

2. Menjalin kerjasama

3. Memberika respon positif berupa pujian, dukungan.


Sikap yang hangat, menghormati, menerima klien apa adanya, empati dan tulus merupakan upaya untuk membina hubungan yang baik. Sikap dasar yang perlu dimiliki adalah SOLER yaitu :

S : Face your clients squarely (menghadap klien) & smile/ nod at clients (senyum/ mengganggukkan kepala).

O : Open and Non Judgemental Facial Expression (ekspresi muka menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai).

L : Lean Towards Client (tubuh condong kearah klien).

E : Eye Contact in a culturally- Acceptable Manner (kontak mata/ tatap mata sesuai dengan cara yang diterima budaya setempat).

R : Relaxed and Friendly Manner (santai dan sikap bersahabat).


Analisis masalah komunikasi

Analisis masalah komunikasi adalah analisis transaksional yang merupakan model analisis komunikasi dimana seseorang menempatkan dirinya sesuai posisi psikologik yang berbeda.

Menurut Berner mengatakan bahwa setiap kepribadian seseorang terdiri dari tiga komponen yang disebut ego state.

Tiga macam ego state adalah :

1. Ego state anak

Unsur anak ada tiga macam yaitu : (a) spontan; (b) pemberontak; (c) penurut. Sedangkan perilaku yang biasanya muncul pada ego state anak-anak seperti malu-malu, berisik/ ribut, menggigit kuku, cengeng, kalem dan merengek. Kata-kata yang muncul pada ego state anak-anak misalnya: kepunyaanku, wow, waduh, eng ing eng, asyik oii, malu ah.


2. Ego state dewasa

Unsur dewasa ditandai dengan : (a) pemikiran yang rasional dan objektif; (b) kemampuan mengolah data. Sedangkan kata-kata yang sering muncul seperti saya pikir ….; apa, di mana, kapan, bagaimana, mengapa; menurut hemat saya …. dsb.

3. Ego state orang tua

Unsur orangtua ditandai dengan bijaksana, sopan, adil, pandai, kritis, cerdik, murah hati. Perilaku yang mendasari ego state orang tua adalah pengecam dan penolong. Sedangkan kata-kata yang digunakan seperti kasihan kamu; pokoknya; awas; kamu sih; jangan.

Analisis transaksional terbagi menjadi tiga yaitu :

1. Transaksi komplementer

Terjadi bila komunikan memberi respon sesuai dengan ego state yang diharapkan komunikator.

2. Transaksi silang

Terjadi bila penerima pesan memberi respon di luar ego state yang diharapkan oleh pengirim pesan.

3. Transaksi tersembunyi

Terjadi bila komunikator menyampaikan pesan dan ego state tertentu di balik itu ia menyampaikan ego state yang lain.

D. Keterampilan Mendengar

Tujuan mendengarkan dan bertanya adalah :

(a) mendorong klien untuk berbicara;

(b) menunjukkan minat dan perhatian kita terhadap klien;

(c) meningkatkan kesadaran kita terhadap perasaan klien;

(d) untuk memperoleh informasi ; dan

(e) memberi arahan percakapan terhadap klien.

Terdapat empat bentuk mendengarkan yang bisa digunakan sesuai dengan situasi yang dihadapi, yaitu :

1. Mendengar Pasif (Diam)

Dilakukan antara lain bila klien sedang menceritakan masalahnya : berbicara tanpa henti, menggebu-gebu dengan ekspresi perasaan kesal atau sedih. Selain itu bila berhenti sejenak, konselor dapat mendengar pasif untuk memberi kesempatan menenangkan diri.


2. Memberi tanda perhatian verbal dan non verbal

Seperti : Hmm, yaa, lalu, oh begitu, terus….. atau sesekali mengangguk. Dilakukan antara lain sewaktu klien berbicara panjang tentang peristiwa yang terjadi pada dirinya.


3. Mengajukan pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi

Dilakukan bila konselor ingin mendalami apa yang diucapkan/diceritakan klien. Misalnya :“ Bagaimana hubungan ibu dengan saudara-saudara suami ?”

“ Apakah maksud ibu dengan perbuatan tidak layak itu?’


4. Mendengar Aktif

Yaitu dengan memberikan umpan balik/merefleksikan isi ucapan dan perasaan klien. Refleksi Isi atau Parahasing

Adalah menyatakan kembali ucapan klien dengan menggunakan kata-kata lain, memberi masukan kepada klien tentang inti ucapan yang baru dikatakan klien dengan cara meringkas dan memperjelas ucapan klien.

Refleksi Perasaan

Adalah mengungkapkan perasaan klien yang teramati oleh konselor dari intonasi suara, raut wajah dan bahasa tubuh klien maupun dari hal-hal yang tersirat dari kata-kata verbal klien.


Keuntungan dari mendengar aktif adalah : (a) Pasien dan keluarga merasa didengar dan dipahami; (b) Pasien dan keluarga merasa dirinya berharga dan penting; (c) Pasien dan keluarga menjadi mudah untuk mendengarkan apa yang kita sampaikan (d) Pasien dan keluarga merasa nyaman; (e) Pasien dan keluarga mampu berkomunikasi.


E. Tips Mendengar Aktif

Tips mendengar aktif adalah :

1. Menerima klien apa adanya.

2. Mendengarkan apa yang dikatakan klien dan memperhatikan cara mengatakan hal tersebut. (perhatikan intonasi, pemilihan kata, ekspresi wajah dan gerakan tubuh,

3. Menempatkan diri pada posisi klien selama mendengarkan.

4. Melakukan mendengar pasif dengan memberi waktu klien untuk berfikir, bertanya dan berbicara.

5. Mendengarkan klien dengan seksama.

6. Melakukan pengulangan/ refleksi yang anda dengar supaya ada pemahaman.

7. Duduk menghadap klien dengan nyaman, menghindari gerakan yang mengganggu.

8. Menunjukkan tanda perhatian verbal (hmm, yaa, lalu, oh begitu) dan non verbal (sesekali menggangguk).


Sikap yang dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang baik adalah: (a) Pandang pasien dan keluarga saat sedang bicara; (b) Tidak menyilangkan kaki dan tangan; (c) Hindari gerakan yang tidak perlu; (d) Anggukkan kepala jika klien membicarakan hal yang penting atau memerlukan umpan balik (e) Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.


F. Kemampuan Bertanya

Mengajukan pertanyaan kepada pasien tujuannya untuk mendapat informasi yang spesifik baik dari pasien maupun keluarga.

Semua jenis pertanyaan dapat dikelompokkan menjadi pertanyaan tertutup dan terbuka.

1. Pertanyaan Tertutup

a. Menghasilkan jawaban “ ya “ atau “ tidak “ yang berguna untuk mengumpulkan informasi yang faktual.

b. Tidak menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dan proses pengambilan keputusan.

c. Bidan mengontrol jalannya percakapan, klien hanya memberikan informasi yang bersangkutan dengan pertanyaan saja.

2. Pertanyaan Terbuka

a. Jenis pertanyaan biasanya memakai kata tanya “ bagaimana “ atau “ apa “.

b. Memberi kebebasan atau kesempatan kepada klien dalam menjawab yang memungkinkan partisipasi aktif dalam percakapan.

c. Merupakan cara yang efektif untuk menggali informasi dengan menggunakan intonasi suara yang menunjukkan minat dan perhatian.


Hal yang perlu diperhatikan dalam keterampilan bertanya :


Pertanyaan terbuka, yaitu memberikan dorongan pada pasien untuk memilih topik yang akan digunakan. Contoh: “Apa yang sedang anda pikirkan?”


Pengulangan pertanyaan, yaitu mengulang kembali pikiran utama yang telah diekspresikan oleh pasien dan keluarga. Contoh: “anda mengatakan bahwa ibu anda telah meninggalkan anda ketika anda berusia 5 tahun?”

Pertanyaan klarifikasi, berupaya untuk menjelaskan ide atau pikiran pasien yang tidak jelas atau meminta pasien untuk menjelaskan artinya. Contoh: “saya tidak jelas apa yang anda maksudkan, dapatkah anda menjelaskannya kembali?”

Pertanyaan refleksi, yaitu mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan dan isi pembicaraan kepada pasien. Contoh: “anda tampak tegang dan cemas, apakh ini berhubungan dengan pembicaraan ibu anda semalam?”

Pertanyaan berbagi persepsi, yaitu meminta pasien untuk memastikan pengertian perawat tentang apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan oleh pasien. Contoh: “anda tersenyum tetapi saya merasa bahwa anda sangat marah kepada saya?”

G. Bertanya Efektif

Tips dalam bertanya efektif adalah :

1. Menggunakan intonasi suara yang menunjukkan perhatian, minat dan keakraban.

2. Menggunakan kata-kata yang dipahami klien.

3. Mengajukan pertanyaan satu per satu dan menunggu jawaban dengan penuh perhatian, tidak memotong.

4. Menggunakan kata-kata yang mendorong klien untuk tetap berbicara : “dan?”, “bagaimana?”, “lalu?”, “maksudnya?”.

5. Bila harus menyakan hal-hal yang sangat pribadi, jelaskan alasan mengapa harus ditanyakan.

6. Menghindari penggunaan kata tanya “mengapa?”. Kemungkinan klien dapat merasa disalahkan.

7. Mengajukan pertanyaan yang sama dengan berbagai cara bila klien belum paham.

8. Menghindari pertanyaan yang mengarahkan.

9. Menggunakan “pertanyaan terbuka” karena lebih efektif.


REFERENSI :


Fitriasari. Konseling (Komunikasi Interpersonal). www.akbidypsdmi.net. 26 April 2009. 05:08 PM.

Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya.

Uripni, Sujianto, Indrawati, 2003. Komunikasi Kebidanan, Jakarta: EGC. http://mustikanurse.blogspot.com/2006/12/komunikasi-dalam-pelayanan-keperawatan_12.html. Tuesday, December 12, 2006 Komunikasi Dalam Pelayanan Keperawatan II Oleh : Mustikasar, S.Kp., MARS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar